Waktu w nulis ini itu sekitar jam 21.55, ntah kenapa akhir akhir ini w gabisa tidur, mungkin karena laper juga kali ya, w ada snack gitu tapi males makan soalnya nanti harus sikat gigi lagi. Jadi, untuk nemenin kegabutan w kali ini, w mau cerita.
We start with the trip to Solo. Jujurly, that's my first time I check in and check out in St. Gambir alone.
Budget yang w keluarin for round trip is about 1 million. Yak, buat ke Solo doang for the ticket that I bought. A little too pricey, especially for my family.
Guess what, w waktu udah nyampe sono kan keluarga w ngumpul yak, "ngapain to Ca beli tiket yang mahal?", "kamu sih beli tiket yang mahal"
I literally wanna say, "shut up!"
Tapi aslinya yang gw lakuin ya diem diem bae, mo ngapain lagi?
So, in this section, I wanna tell you a story why I chose those tickets.
Semakin ke sini ga tau kenapa dari yang dulunya w gapernah kemana-mana, terus gaberani kemana-mana, mulai memberanikan diri untuk pergi ke lintas provinsi. Mulai dari situ, w belajar ke mana-mana sendiri, muterin kota orang, coba-coba naik transportasi umum, abis itu mulai pake motor, dan yah, jadilah w yang kemana-mana cuman yang tinggal bilang aja, mau ke mana, w tinggal gas aja. Yang dulunya w takut, abis itu nekat tapi tetep khawatir, dan sekarang yang kek, "Oh ke sana? Ayo!" Tanpa ada rasa khawatir lagi.
Dan sekarang, jadilah w cewek yang menurut w yang kalau berdasarkan asumsi orang ciri-ciri wanita independent, maybe that's me. Totally me.
W ga takut kemana-mana sendiri sekarang, bahkan orangnya suka nantangin gitu, "w berani ga ya ke sana sendiri?"
W pengen nonton bioskop, ngajak temen, dia mau, oke. Abis tau caranya w langsung challenge, "Ca, berani ga lo nonton Bioskop sendiri? Dan w berani-berani aja. Makan di Resto sendiri juga udah sering, jalan-jalan ke Mall yang ujungnya pasti mampir ke Toko Buku juga jadi habbit sekarang, kek yang, "Oh ternyata w bisa ya kemana-mana sendiri, lakuin hal yang w suka sendiri, explore ini itu, belajar ini itu, seru juga ternyata ya"
W orang yang gasuka keluar rumah btw, tapi kalau mau keluar, ya w bisa. Bukannya ga suka, kalau gaada kepentingan, ya gw ga keluar, ngapain? Serius, mending di rumah, ga ribet. Tapi sekalinya w pengen ke luar, kalau ada kepentingan yang mengharuskan w keluar pulau pun, ya w keluar gitu. Bukan sosok orang yang pengen ke luar dan menjadi asing di lingkungan orang lho, bukan.
Mungkin kenapa bisa w kek sekarang bisa jadi karena terlalu sering dikecewain. Dari situ w belajar kalau ternyata berharap sama manusia itu ternyata semenyakitkan itu. Dari SMP w udah tau itu padahal, tapi w dulu gangerti spesifiknya kek mana, barulah akhir-akhir ini w sadar kalau ternyata manusia itu sejahat itu, bahkan orang yang w percaya pun ga luput dari itu semua. Cuman kadarnya aja yang beda, dan lagi, gila sii, ganyangka bakalan sejauh ini. Kalau dia hadir lagi, w gatau sii bakalan bisa nerima dia atau engga. Sekarang tuh kek rasanya sulit banget kalau harus neeima orang itu lagi. Kalau diinget-inget lagi kek sedih aja gitu, kadang w mikir aja, punya salah apa sih w sampe orang yang w percaya pun bisa bersikap yang w ga expect sama sekali. Dan lebih kecewanya lagi, berani banget dia boong depan gw. Kek, gw ga sepolos itu loh buat lu boongin.
Pas tau dia boong kek, "Oh, oke." Cukup tau aja. Dan, selamat tinggal.